Loading...

Bina Santri Lapas Dompet Dhuafa: Kawah Candradimuka Bagi Warga Binaan

Image

Posted By : Afriza

Date : 29 August 2025

 Kabupaten BogorKesempatan kedua akan selalu ada untuk mereka yang berani berjuang memperbaiki diri. 

Di Masjid Husnul Khotimah Lapas Khusus Kelas II A Gunung Sindur, deretan warga binaan duduk rapi menghadap mimbar. Suara lantunan ayat suci terdengar bergantian, dipandu seorang ustadz yang menuntun bacaan dan hukum tajwid 

Setiap tiga hari dalam sepekan mereka berkumpul dalam kegiatan Bina Santri Lapas (BSL), program rutin Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa yang memberi ruang belajar dan berbenah diri untuk mereka yang menjalani hukuman pidana 

Di sini, mereka tak hanya belajar membaca Al-Quran dan tajwid, tapi juga menekuni fikih, bahasa Arab, hingga menyimak tausiyah yang menyejukkan hati 

Bina Santri Lapas menjadi semacam kawah candradimukatempat warga binaan ditempa dalam kesabaran, disiplin, dan pengetahuan agama, agar pulang nanti mereka lebih teguh menjalani hidup yang baru. 

Sebagaimana cerita *Ardi (bukan nama sebetulnya), 35 tahun, seorang warga binaan yang rajin mengikuti kegiatan BSL. Sejak 2021, ketika dipindahkan ke Lapas Khusus Gunung Sindur, Ardi merasakan perubahan positif dalam dirinya. Dari yang tak mengerti apa-apa tentang Islam hingga menjadi muadzin tetap di Masjid Husnul Khotimah 

“Saya merasa belum ada ilmu, belum ada bekal, jadi saya mau belajar. Banyak perubahan yang saya rasakan. Dulu saya gak bisa dan gak suka ngaji, saya jadi bisa mengaji. Dulu saya enggak suka solat, sekarang saya selalu solat,” ujarnya. 

Bersama warga binaan lainnya, Ardi membaca ayat Al-Quran secara tartilmembaca  Al-Quran dengan perlahan, jelas, dan benar sesuai kaidah tajwid. Dengan dibantu kacamata bacanya, ia menelisik huruf per huruf di suatu ayat. Melafalkannya dan menjelaskan setiap hukum bacaannya.  

Siang menjelang waktu zuhur, ia mengambil mic, kemudian dengan suara lantang alunan adzan keluar dari mulutnya, menyerukan ajakan solat untuk orang-orang di sekitar Lapas. Ardi mampu melakukan semuanya 

Pengalamannya selama menjadi santri di BSL ini begitu penting untuk Ardi setelah bebas nanti. BSL membentuk dirinya menjadi lebih religius, tak mengherankan ketika ditanya apa rencana setelah keluar nanti, ia menjawab ingin menjadi guru ngaji di kampungnya 

Bekal yang saya dapatkan di sini semoga bisa bermanfaat untuk saya dan keluarga saya di kampung. Setelah bebas saya mau mengajar mengaji anak-anak di kampung, semoga saya bisa,” ujar Ardi.  

Segala pembelajaran ini menjadi bekal berharga bagi Ardi untuk kembali hidup sedia kala dan berbaur di kampung halaman 

Cerita Ardi jadi satu dari cerita para warga binaan yang punya keinginan untuk berubah menjadi pribadi yang baik. BSL menjadi wadah tepat untuk membantu warga binaan mencapai itu. Maka dari itu, kunjungan ustadz Dompet Dhuafa ke Lapas begitu dinantikan 

M. Nurul Fikri, salah seorang ustadz sekaligus pengajar agama di BSL, menceritakan antusiasme warga binaan atas hadirnya ustadz-ustadz Dompet Dhuafa di lingkungan Lapas. 

Menurut Nurul, kondisi psikologis warga binaan membuat mereka haus akan ilmu agama. Karenanya, “... mereka bersyukur sekali karena dari Lapas sudah menyediakan dan bekerja sama dengan Dompet Dhuafa dengan program BSL ini.”  

Para warga binaan mengharapkan dengan ilmu agama yang dipelajari bisa menuntun mereka ke jalan hidup yang lebih baik dari sebelumnya 

Antusiasnya sangat luar biasa. Karena mereka juga berharap ilmu-ilmu yang diajarkan oleh kami sebagai pengajar diamalkan di masyarakat apabila mereka sudah pulang kembali,” ujar Nurul 

Program BSL yang sudah berjalan sejak 2009 ini, kata Ahmad, banyak memberikan pengalaman berkesan yang menyentuh hatinya. Salah satunya ketika bekas santrinya di Lapas menjadi seorang dai di kampung halamannya 

“Kalau pengalaman yang membekas sekali adalah ketika saya bertemu dengan santri/warga binaan yang maaf vonis hukumannya itu sampai 28 tahun. Murni dia tidak bisa apa-apa. Tidak bisa baca (Al-quran), tidak bisa mengaji dan sebagainya,” ucap Nurul 

Suatu hari dia menelepon, berharap saya bisa datang untuk mengisi pengajian di masjid dekat rumahnya. Dia juga bercerita kalau dia menjadi ustadz yang kerap menjadi penceramah di masjid-masjid di kampung halamannya,” lanjutnya. 

Progam BSL LPM Dompet Dhuafa mendapat tanggapan positif dari Kepala Lapas Khusus Kelas II A Gunung Sindur, Wahyu Indarto, karena pada perjalanannya program BSL ini selaras dengan visi Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia.  

Pembinaan kerohanian yang diberikan oleh Dompet Dhuafa ini tentunya sesuai dengan tujuan pemasyarakatan. Yang di mana warga binaan kami ketika mereka bebas itu bisa diterima oleh keluarga dan masyarakat setempat,” ujar Wahyu Indarto 

Wahyu Indarto menyampaikan program BSL ini membantu sekali warga binaan untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya 

“Alhamdulillah, para warga binaan kami setelah bebas bisa jadi pribadi yang jauh lebih baik karena terdorong motivasi berkat siraman rohani, tausiyah dan berbagai kegiatan agama yang di BSL selama ini,imbuh Wahyu.  

Sebagai sebuah ikhtiar panjang, Bina Santri Lapas tidak sekadar hadir untuk mengisi waktu luang para warga binaan, melainkan menjadi ruang tumbuh bagi mereka.  Melayani Lebih Baik untuk Menumbuhkan Kebaikan. (Muhammad Afriza Adha/LPM Dompet Dhuafa 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
 

-
-
49

Komentar